Pantai Longgar |
Kota Dobo terletak di Pulau Wamar (sebuah pulau kecil di utara Aru).
Aku bertugas selama 1,5 tahun sebagai dokter Puskesmas Longgar-Apara terletak di Desa Longgar yang berada di Pulau Workai di tenggara Aru. Apara adalah desa tetangga Longgar. Letaknya yang bersebelahan membuat kedua desa ini selalu disebut bersamaan : Longgar-Apara. Perlu berjalanan selama 14 jam dari Dobo untuk mencapai Longgar.
Aku bertugas selama 1,5 tahun sebagai dokter Puskesmas Longgar-Apara terletak di Desa Longgar yang berada di Pulau Workai di tenggara Aru. Apara adalah desa tetangga Longgar. Letaknya yang bersebelahan membuat kedua desa ini selalu disebut bersamaan : Longgar-Apara. Perlu berjalanan selama 14 jam dari Dobo untuk mencapai Longgar.
Perjalanan dari Dobo menuju desa Longgar-Apara bukanlah sesuatu yang singkat dan menyenangkan. Perjalanan kadang memakan waktu sekitar 14 jam menggunakan perahu kayu dan kadang diselingi dengan bermalam di tengah-tengah perjalanan apabila perahu kandas dalam perjalanan melewati selat sempit antar pulau atau terjadi kerusakan mesin.
Perjalanan akan diawali dengan rute Dobo-Benjina selama 3 jam. Benjina adalah "Kota" terbesar kedua di Aru, terletak di Muara Sungai (Selat) dan merupakan tempat kapal-kapal pencari ikan bersandar. Rute pertama ini cukup berbahaya untuk dilewati saat angin barat bertiup (Desember-Maret). Ombak di daerah ini terkenal sering memakan korban bila sedang musimnya, namun akan teduh dan menyenangkan saat angin Timur bertiup (Mei-Oktober).
Perjalanan akan diawali dengan rute Dobo-Benjina selama 3 jam. Benjina adalah "Kota" terbesar kedua di Aru, terletak di Muara Sungai (Selat) dan merupakan tempat kapal-kapal pencari ikan bersandar. Rute pertama ini cukup berbahaya untuk dilewati saat angin barat bertiup (Desember-Maret). Ombak di daerah ini terkenal sering memakan korban bila sedang musimnya, namun akan teduh dan menyenangkan saat angin Timur bertiup (Mei-Oktober).
Pesisir sebelah barat Kepulauan Aru berkarakteristik pantai berpasir putih. Berbeda hal nya dengan pesisir timur dan bagian tengah yang umumnya berawa-rawa. Selama 3 jam perjalanan dari Dobo ke Benjina kita akan melihat desa-desa berpasir putih tersebar di pesisir pantai barat Aru dan Pulau Babi yang menjadi titik menyendiri yang muncul di tengah laut dan menjadi acuan navigasi.
Lobster, Salah satu hasil laut dari Desa Tabarfane di Pesisir Barat Aru |
Pantai Pulau Babi
|
Setelah melewati Benjina pemandangan akan berubah. Hamparan hutan bakau berderet bagai sabuk yang tak terputus sampai kita keluar di muara selat di sisi lainnya di daerah Koba. Perjalanan selama kurang lebih 6 jam membelah pulau disuguhi dengan hijaunya hutan bakau, pulau-pulau kecil di tengah sungai, buaya yang sedang berjemur di batu. Hutan Bakau dan Hutan di Aru menjadi rumah bagi Rusa, Babi Hutan, Kasuari, Kanguru, Ayam hutan dan beragam burung dengan cendrawasih sebagai primadona nya.
Burung Cendrawasih |
Dari tampilannya secara fisik, selat-selat ini memang menyerupai sungai. Namun air di celah ini asin. Ada 4 selat sempit utama di Aru dan semuanya membelah sempurna menghubungkan sisi barat dan timur Aru. 4 Selat itu adalah Sungai Kola di daerah utara, Sungai Manumbai (yang terpanjang), Sungai Workai (sungai yang kulalui untuk menuju Longgar-Apara) dan Sungai Maekor. Ada juga sungai Lorang yang menghubungkan Sungai Maekor dan Workai.
Selat-selat sempit ini menjadi suatu kekhasan bagi Aru dan menjadi solusi untuk menghubungkan pesisir barat dan timur. Selat ini berarus dan memerlukan pangemudi yang handal untuk bisa lolos dari jebakan seperti kandas, menghindar dari batu besar di dasar sungai dan tersesat. Dari Benjina kita akan melewati Batu Bendera (salah satu titik acuan navigasi) dan desa-desa sepanjang aliran sungai seperti Wardakau, Lorang, Manjau, Kwarbola, Murai, Ponom dan lainnya. Keseluruhan desa tersebut terletak di tepi Sungai Workai. Bila telah melewati Ponom, maka selat sempit tersebut akan melebar dan pulau-pulau di bagian tenggara Aru yang berhambur mulai bisa terlihat karena kita telah berada di pesisir timur Kepulauan Aru.
Desa-desa di muara sungai Workai bagian Timur merupakan desa penghasil udang (desa Ponom, Wailay, Kaiwabar, Kwarbola, Murai, dll). Pada bulan-bulan tertentu udang akan melimpah ruah memenuhi sungai ini. Hal ini wajar mengingat masih terjaganya hutan bakau sepanjang sungai yang berfungsi sebagai tempat udang berkembang biak. Udang Tiger dan jenis lainnya dapat diperoleh dengan mudah tanpa ditambak. Stok yang melimpah membuat Dobo kebanjiran udang kering ukuran besar pada waktu-waktu tertentu.
Setelah melewati muara sungai, perjalanan dilanjutkan ke Arah Koba. Perahu akan melewati celah sempit serupa gerbang dengan dua desa berhadapan : Desa Kobadangar dan Koba Seltimur. Dari kejauhan kita bisa melihat menara gereja di Koba Seltimur berhadapan dengan kubah Mesjid di Kobadangar. Banyak peternakan rumput laut disini. harus hati-hati jika melewati daerah ini agar baling-baling kapal tidak memotong tali pengikat rumput laut.
Kobadangar terletak di Pulau Baun. Terdapat area konservasi di Pulau Baun untuk melindungi burung-burung cendrawasih dan hewan-hewan liar agar tetap terjaga dan seimbang. Cendrawasih di Aru terkenal dengan warna bulu ekornya yang kuning cerah dan konon lebih cantik tampilannya daripaada Cendrawasih di Papua. Cendrawasih ini digunakan sebagai hiasan kepala pada upacara-upacara adat dan penyambutan tamu kehormatan. Sayang memang, burung cantik yang dilindungi ini memang masih terus diburu.
Setelah melewati Koba kita akan melihat Pulau Workai. Ada 4 Desa di Pulau Workai ini yaitu Mesiang, Longgar, Apara dan Bemun (3 desa terakhir merupakan wilayah kerja Puskesmasku). Longgar, Apara dan Bemun terletak di Selatan Pulau Workai, Sedang Mesiang terletak berhadapan dengan Gomo-gomo di Utara Pulau Workai. Mesiang memiliki Puskesmas sendiri, namun aku cukup sering mengunjunginya karena teman dekatku yang bertugas disana.
Longgar dan Apara berdiri di tepi tebing-tebing karang berwarna putih, Longgar-Apara merupakan Desa terbesar di Wilayah Selatan Aru dan merupakan kota dagang bagi wilayah sekitar. Rumput laut, sirip hiu, teripang, mutiara, ikan segar, Kopra, merupakan penggerak roda perekonomian disini. Pada musim tertentu, nelayan dari Karey dan Gomar datang ke Longgar untuk membawa Abalone (sejenis tiram yang bernilai ekonomis tinggi)
Kerang Mutiara, salah satu hasil laut andalan Longgar-Apara |
Foto Bersama ibu Kader Posyandu Desa Longgar di Depan Puskesmas |
Selain sebagai pusat perdagangan, desa dengan penduduk 3000an jiwa ini (Longgar dan Apara) merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Aru Tengah Selatan. Terdapat 1 SMP, 2 SD di desa ini, 1 Puskesmas Rawat Jalan, 2 Gereja dan 2 Mesjid di Longgar dan Apara. Mendengar nama kedua desa ini sangat berarti bagiku, karena selama menjadi dokter disana aku belajar banyak tentang Manajemen Kesehatan (karena aku menjadi kepala Puskesmas disana), Ilmu medis, persahabatan dan belajar tentang kehidupan.
Desa Apara |
Longgar & Apara ; 2 desa di tepian Indonesia
Salarem, Grand Canyon nya Maluku
17 Agustus 2009
Hymn to the Sea and Sky