Rabu, 22 Februari 2012

Aerial Photography Part 5 : Bandar Seri Begawan

Kampung Ayer dan Sungai Brunei

Bandar Seri Begawan adalah ibukota negara Brunei Darussalam.
Aku sempat tertipu dengan embel-embel "ibukota negara" pada namanya, karena kenyataannya kota ini tidak terlalu besar dan hanya memiliki populasi penduduk sekitar 140.000 jiwa (tahun 2010). 

Jika dilihat dari ketingian, maka pemandangan kota ini akan didominasi oleh sungai Brunei yang membelah kota ini. Di sungai ini pula kita dapat menyaksikan perkampungan padat yang terapung di tengah aliran Sungai Brunei yang disebut Kampung Ayer (Kampung Air). Perkampungan tersebut cukup besar dan mencakup 42 desa dengan lebih dari 30.000 penduduk. Dengan julukan "the Venice from the East" menjadikan Kampung Ayer menjadi salah satu objek wisata  yang sering ditawarkan saat kita berkunjung ke Brunei.

Objek yang mudah ditangkap mata lainnya adalah kubah-kubah emas yang berkilauan. Ada 2 mesjid terkenal di Brunei yang memiliki kubah yang terbuat dari emas, yaitu: Mesjid Omar Ali Saiffudin dan Mesjid Jami'asr Hassanil Bolkiah.

Bandar Seri Begawan, Kampung Ayer dan Sungai Brunei

2 Mesjid Berkubah Emas di BSB : Mesjid Jame'asr di bagian bawah dan Mesjid Omar Ali beserta kolam nya di bagian atas

Kampung Ayer dilihat dari RIPAS Hospital BSB

Minggu, 19 Februari 2012

Cirebon : Mesjid Agung Sang Cipta Rasa

Mesjid Agung Sang Cipta Rasa

Masjid Agung Sang Cipta Rasa (dikenal juga sebagai Masjid Agung Kasepuhan atau Masjid Agung Cirebon) adalah sebuah masjid yang terletak di dalam kompleks Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat. Konon, masjid ini adalah masjid tertua di Cirebon, yaitu dibangun sekitar tahun 1480 Masehi atau semasa dengan Wali Songo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.


Masjid Agung Sang Cipta Rasa terletak di sebelah utara Keraton Kasepuhan. Masjid ini terdiri dari dua ruangan, yaitu beranda dan ruangan utama. Untuk menuju ruangan utama, terdapat sembilan pintu, yang melambangkan Wali Songo.




Keunikan masjid ini terletak pada atapnya yang tidak memiliki      kubah.  Konon, dahulunya masjid ini berkubah. Namun, saat azan pitu (tujuh) salat Subuh digelar untuk mengusir Aji Menjangan Wulung, kubah tersebut pindah ke Masjid Agung Banten yang sampai sekarang masih memiliki dua kubah. Karena cerita tersebut, sampai sekarang setiap Sholat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa digelar Adzan Pitu. Yakni, adzan yang dilakukan secara bersamaan oleh tujuh orang berseragam serba putih.


Kamis, 09 Februari 2012

The Floating Iron : Ocean Rover (Part 1)



Ocean Rover

Terapung selama 4 minggu di lepas pantai akan membuat tempat kerjaku yang satu ini memiliki kesan tersendiri. Harus pandai-pandai mengisi waktu luang atau mencari aktivitas untuk menghindari perasaan jenuh tinggal di sebuah platform migas (Rig laut) yang terasing di tengah lautan. Langkah kaki pun tak bisa mengayun dengan lincah karena kami berada di lingkungan yang penuh restricted area, kompak, rapat, monoton dan efisien. DUNIA KAMI MENJADI SUSUT KALA ITU..

Ocean rover adalah sebuah platform minyak, atau yang juga disebut sebagai platform lepas pantai atau  rig minyak. Merupakan struktur besar dengan fasilitas untuk mengebor sumur, untuk mengekstrak, survey, malakukan pemrosesan proses minyak dan gas alam, dan untuk sementara menyimpan produk sampai dapat dibawa ke pantai untuk penyulingan dan pemasaran. 

Sebuah rig minyak dapat bertahan di tengah laut dengan cara melakukan jack up dengan berdiri di tiang-tiang nya yang bersandar di dasar laut. Cara lainnya adalah dengan mengapung di atas permukaan laut (submersible) seperti yang diterapkan pada Ocean Rover. Jangan bayangkan kami mengapung seperti kapal laut pada umumnya, karena kami harus bertahan pada satu titik posisi tertentu secara tepat. Semua diakali dengan adanya Ballast Control yang mengatur keseimbangan rig, mengimbangi kecepatan dan arah arus laut sehingga posisi rig secara ajaib dapat stabil pada titik tertentu. Luar biasa memang sesuatu yang bernama "teknologi". 

Kali itu Ocean Rover sedang mengapung dengan gagahnya di perairan antara Fakfak dan Kaimana di Provinsi Papua Barat. Perlu perjalanan panjang untuk dapat menjangkau rig ini dari Jakarta. 
Step pertama dimulai dengan menggunakan pesawat komersial biasa tujuan Jakarta-Ambon selama 3,5 jam.
Step kedua adalah terbang dari Ambon-Kaimana menggunakan pesawat carter fixed wing tipe Beechcraft  selama 1 jam. Jumlah kursi pesawat ini hanya belasan dan hanya memiliki seat A dan B (2 kursi saja di setiap barisnya)
Step ketiga adalah kembali terbang dari Kaimana menuju Rig. Kali ini Helikopter Sikorsky yang beraksi. Helikopter ini cukup besar sehingga mampu mangangkut 11 penumpang dalam sekali trip. Perjalanan dari Kaimana menuju Rig Ocean Rover ditempuh dalam 40 menit.

Cukup mewah ya melihat rute perjalanannya, saya juga tak habis pikir berapa banyak anggaran yang dihabiskan hanya untuk transportasi saja bagi Rig Ocean Rover. Namun lebih tak habis pikir lagi mengapa negara ini "menyerahkan" kekayaan alamnya untuk diolah negara lain. Potensi yang ada di bawah laut sana tentu jauh luar biasa dari perjalanan yang kulakukan.

Cerita ini masih akan bersambung, namun sebelumnya silahkan menikmati beberapa foto seputar Ocean Rover.
Travira Air Beech Craft and Sikorsky

Bagian dalam Beech Craft (Carter Flight)

Kaimana, Kota Senja
 Ocean Rover Helipad



Related Articles :
Mansinam, Pulau Injil di Papua

Minggu, 05 Februari 2012

Cap Go Meh Made in Singkawang

Kota Singkawang

Cap Go Meh adalah lafal dialek bahasa Tio Ciu dan Hokkian yang berarti : Malam kelimabelas. Bulan akan bersinar terang sempurna pada setiap malam kelimabelas penanggalan China. Purnama yang menghias langit tersebut akan menandakan berakhirnya rangkaian perayaan tahum baru Imlek.

Cap Go Meh mulai dirayakan di Indonesia sejak abad ke -17 ketika terjadi migrasi besar penduduk dari Tiongkok menuju Nusantara.  Pada masa Dinasti Han, Raja akan keluar dari Istana khusus pada malam Cap Go Meh tersebut untuk merayakannya dengan rakyatnya.

Asal-usul perayaan Cap Go Meh dimulai pada masa Dinasti Zhou (770-256 SM). Pada setiap malam kelimaabelas pada bulan pertama penanggalan China, para petani akan memasang lampion-lampionnya di ladang untuk mengusir hama dan menakut-nakuti binatang perusak tanaman. Dan mereka mulai menambah segala bunyi-bunyian dan mulai bermain Barongsai untuk membuat suasana semakin meriah. Kepercayaan dan tradisi budaya ini berlanjut turun temurun baik di daratan Tionghoa maupun mereka yang tersebar di perantauan di seluruh dunia.

Pada tahun 2010, aku mengunjungi Pontianak dan Singkawang tepat pada hari Cap Go Meh, dan suasananya memang sangat meriah, penuh atraksi mistis dan pamer atraksi kekebalan tubuh. Orang-orang yang Tatung beraksi dengan berdiri di atas samurai, menusuk pisau hingga menembus kedua pipi, membacok lengan yang kebal dan banyak pertunjukan yang sebenarnya layak dijadikan daya tarik wisata di Kalimantan Barat.

Vihara Darma Budi, Singkawang


Patung Naga Emas di Pusat Kota Singkawang

Vihara Tri Darma Budi Raya, Singkawang

Teluk Suak, My Father's Hometown

Sebuah Vihara di Teluk Suak, Singkawang

Singkawang merupakan kota yang mendapat tempat istimewa bagiku, karena Papa ku dilahirkan di kota tersebut, dan masih banyak kerabat dari pihak Papa ku yang tinggal disana. Kota ini dapat dicapai dengan perjalanan darat 3 jam dari Pontianak. Singkawang boleh dibilang miniatur negeri China di Indonesia. Banyak bertebaran kelenteng yang megah dan indah yang membuat kota Singkawang dijuluki "Kota Seribu Kelenteng". Penduduknya pun mayoritas merupakan keturunan Tionghoa, sehingga tidak heeran bila perayaan Cap Go Meh di Singkawang akan sangat meriah

Kelenteng yang indah-indah pun tak luput berhias dengan lampion dan menyambut berakhirnya rangkaian perayaan tahun baru dan datangnya musim semi. Dan suasana semarak yang paling kental di Indonesia mungkin anda dapat temukan di Singkawang.

Pontianak dan Singkawang memiliki perayaan yang sangat meriah saat hari Cap Go Meh tiba. Warna merah dan kemacetan panjang akan menghiasi jalan-jalan yang akan dilalui iring-iringan atraksi Perayaan Cap Goh Meh. Di Singkawang biasanya ditandai dengan arak-arakan para Tatung menuju vihara atau klenteng. Perayaan dipercaya sudah dilaksanakan turun temurun sejak 200 tahun yang lalu. Para tatung berasal dari berbagai vihara yang tersebar di seluruh Singkawang, oleh karena itu tak heran kalau Singkawang juga mendapat julukan kota seribu kelenteng. Dalam 1 vihara atau klenteng kadang terdiri lebih dari 1 orang Tatung. Pagi hari di hari ke 15 ini, para Tatung akan berkumpul untuk melakukan sembahyang kepada Langit di altar yang sudah disiapkan. Perjalanan para Tatung di tandu dengan menggunakan tandu yang beralaskan pedang tajam atau paku tajam, sambil memamerkan kekebalan tubuhnya. Ada juga yang naik tangga pedang, biasanya terdiri dari 36 atau 72 pundak/tangga. Semakin bisa naik ke atas maka artinya semakin kuat juga ilmu Tatung tersebut. Cap Go Meh. (from Wikipedia)

Vihara Tri Darma Budi Raya, Singkawang
 Related Articles ;
Chinese New Year Atmosphere in Brunei
Gong Xi Fa Cai 2012
Outreach Eye's Cases : Siding, Kalimantan Barat

Rabu, 01 Februari 2012

Chinese New Year Atmosphere in Brunei


Tahun ini aku merayakan Imlek di luar negeri untuk pertama kalinya. Sebenarnya ini hanya kebetulan dan andaikan bisa memilih, tentu aku memilih untuk merayakannya dengan berkumpul bersama keluargaku di Cirebon. Namun beberapa gambaran tentang suramnya perayaan Imlek di Brunei perlahan lenyap. Penyebabnya adalah : saat ini aku bekerja di proyek survey migas yang kebetulan kliennya berasal dari China. Brunei walau terkenal sebagai "Negara Islam Beraja" juga memiliki populasi warga Tionghoa yang cukup besar. Bahkan kita dapat jumpai cukup banyak warga Tionghoa telah melakukan perkawinan campur dengan penduduk lokal.

Suasana Imlek mulai terasa saat dekorasi merah khas Imlek mulai menghias basecamp kami di Kampung Kupang, Distrik Tutong. Lampion berbentuk nanas mulai tergantung di langit-langit ruang makan, teras dan setiap penjuru basecamp kami.

Pertunjukan tarian barongsai (lion dance) juga cukup menarik perhatian kami karena bisingnya suara petasan berantai yang tak pernah putus meledak sepanjang tarian barongsai tersebut (masalahnya tariannya bukan dalam waktu 1-2 menit, melainkan kurang lebih setengah jam, sehingga bisa dibayangkan berapa renteng petasan yang dibakar agar selalu terdengar bunyi ledakan saat sang singa menari).

Beberapa sudut kota Bandar Seri Begawan tak luput pula dari dekorasi berwarna merah dan emas yang melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan. Lampion dan hiasan tersebut beberapa diantaranya terlalu sedap dipandang mata sehinggan menarik warga untuk berfoto di sana. Dan termasuk aku juga! 

Gong Xi Fa Cai, Hope you have a prosperous, happy and lucky year ahead !

@ Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam

Memasang petasan susun ala imlek 

Xin Nien Kuai Le

Lion Dance

in Action

Petasan plus Lion Dance

Chinese New Year Atmosphere in Brunei
Related articles :
Gong Xi Fa Cai 2012
Journey to Brunei
Cap Go Meh Made in Singkawang
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...