Minggu, 05 Februari 2012

Cap Go Meh Made in Singkawang

Kota Singkawang

Cap Go Meh adalah lafal dialek bahasa Tio Ciu dan Hokkian yang berarti : Malam kelimabelas. Bulan akan bersinar terang sempurna pada setiap malam kelimabelas penanggalan China. Purnama yang menghias langit tersebut akan menandakan berakhirnya rangkaian perayaan tahum baru Imlek.

Cap Go Meh mulai dirayakan di Indonesia sejak abad ke -17 ketika terjadi migrasi besar penduduk dari Tiongkok menuju Nusantara.  Pada masa Dinasti Han, Raja akan keluar dari Istana khusus pada malam Cap Go Meh tersebut untuk merayakannya dengan rakyatnya.

Asal-usul perayaan Cap Go Meh dimulai pada masa Dinasti Zhou (770-256 SM). Pada setiap malam kelimaabelas pada bulan pertama penanggalan China, para petani akan memasang lampion-lampionnya di ladang untuk mengusir hama dan menakut-nakuti binatang perusak tanaman. Dan mereka mulai menambah segala bunyi-bunyian dan mulai bermain Barongsai untuk membuat suasana semakin meriah. Kepercayaan dan tradisi budaya ini berlanjut turun temurun baik di daratan Tionghoa maupun mereka yang tersebar di perantauan di seluruh dunia.

Pada tahun 2010, aku mengunjungi Pontianak dan Singkawang tepat pada hari Cap Go Meh, dan suasananya memang sangat meriah, penuh atraksi mistis dan pamer atraksi kekebalan tubuh. Orang-orang yang Tatung beraksi dengan berdiri di atas samurai, menusuk pisau hingga menembus kedua pipi, membacok lengan yang kebal dan banyak pertunjukan yang sebenarnya layak dijadikan daya tarik wisata di Kalimantan Barat.

Vihara Darma Budi, Singkawang


Patung Naga Emas di Pusat Kota Singkawang

Vihara Tri Darma Budi Raya, Singkawang

Teluk Suak, My Father's Hometown

Sebuah Vihara di Teluk Suak, Singkawang

Singkawang merupakan kota yang mendapat tempat istimewa bagiku, karena Papa ku dilahirkan di kota tersebut, dan masih banyak kerabat dari pihak Papa ku yang tinggal disana. Kota ini dapat dicapai dengan perjalanan darat 3 jam dari Pontianak. Singkawang boleh dibilang miniatur negeri China di Indonesia. Banyak bertebaran kelenteng yang megah dan indah yang membuat kota Singkawang dijuluki "Kota Seribu Kelenteng". Penduduknya pun mayoritas merupakan keturunan Tionghoa, sehingga tidak heeran bila perayaan Cap Go Meh di Singkawang akan sangat meriah

Kelenteng yang indah-indah pun tak luput berhias dengan lampion dan menyambut berakhirnya rangkaian perayaan tahun baru dan datangnya musim semi. Dan suasana semarak yang paling kental di Indonesia mungkin anda dapat temukan di Singkawang.

Pontianak dan Singkawang memiliki perayaan yang sangat meriah saat hari Cap Go Meh tiba. Warna merah dan kemacetan panjang akan menghiasi jalan-jalan yang akan dilalui iring-iringan atraksi Perayaan Cap Goh Meh. Di Singkawang biasanya ditandai dengan arak-arakan para Tatung menuju vihara atau klenteng. Perayaan dipercaya sudah dilaksanakan turun temurun sejak 200 tahun yang lalu. Para tatung berasal dari berbagai vihara yang tersebar di seluruh Singkawang, oleh karena itu tak heran kalau Singkawang juga mendapat julukan kota seribu kelenteng. Dalam 1 vihara atau klenteng kadang terdiri lebih dari 1 orang Tatung. Pagi hari di hari ke 15 ini, para Tatung akan berkumpul untuk melakukan sembahyang kepada Langit di altar yang sudah disiapkan. Perjalanan para Tatung di tandu dengan menggunakan tandu yang beralaskan pedang tajam atau paku tajam, sambil memamerkan kekebalan tubuhnya. Ada juga yang naik tangga pedang, biasanya terdiri dari 36 atau 72 pundak/tangga. Semakin bisa naik ke atas maka artinya semakin kuat juga ilmu Tatung tersebut. Cap Go Meh. (from Wikipedia)

Vihara Tri Darma Budi Raya, Singkawang
 Related Articles ;
Chinese New Year Atmosphere in Brunei
Gong Xi Fa Cai 2012
Outreach Eye's Cases : Siding, Kalimantan Barat

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...