Senin, 12 Desember 2011

Hymn To The Sea and Sky

Scorpius
13 November 2007,

Malam itu adalah malam takbiran di Desa Batugoyang. Sebagian warga telah berkumpul di mesjid desa dan dari rumah-rumah mulai tercium bau kue yang mulai dipanggang untuk menyambut Idul Fitri. Aku tertarik dengan keramaian tersebut dan keluar dari Puskesmasku menuju Mesjid yang terletak di tepian pantai Timur Batugoyang. Aku pergi bersama 2 temanku Angki dan Doya dan menyadari bahwa mesjid terlalu hiruk pikuk malam itu dan kami memutuskan untuk duduk bercerita di sebuah kapal nelayan yang sedang terapung di dekat pantai.

Bulan gelap malam itu. Seperti biasa kelip bintang akan menghiasi langit hitam pekat Maluku karena sorot sinar lampu listrik masih menjadi barang langka disini. Perahu kecil yang kami tuju bernama "Selgwadan Manis". Perahu tersebut biasa dipakai oleh Doya bersama beberapa kerabatnya untuk melaut sepanjang malam untuk menjaring ikan. Namun malam ini perahu tersebut mengambil jatah cuti tahunannya karena besok akan ada perayaan Idul Fitri.

Perahu tersebut mengapung agak ke tengah. Perlu menggulung celana pendek kami agar tidak basah terkena air laut. Laut malam itu sangat gelap, dasar laut terlihat pekat namun saat itulah aku melihat kilauan cahaya hijau fosfor tiap kali aku menyibakan air dan melangkah menuju ke perahu. Doya mengatakan fenomena tersebut : Kunang-kunang laut. Aku tak tahu apakah fenomena tersebut umum terjadi, dan setelah ku search di google, nampaknya hal tersebut berasal dari proses Bioluminescence. Setiap kami mengayunkan langkah, cahaya hijau tersebut selalu tertinggal bak butiran pasir yang terhambur di laut. Cahaya itu kemudian kembali hilang lenyap dan diganti kepekatan sempurna karena Bulan sama sekali tak muncul di malam itu.

Aku melangkahkan kaki lebih cepat, bahkan kadang sengaja mengecipakan air dengan tangan untuk memunculkan kunang-kunang laut tersebut dan kadang dibantu oleh ikan dan kepiting yang bersliweran di pantai membuat garis dan riak kehijauan tersebut semakin banyak. Aku hanya dapat menyaksikan hal seperti itu di Pantai Batugoyang, saat bulan tertutup sempurna. Indahnya..... Semoga bisa mengulangi lagi perasaan bebas dan damai tersebut

Setibanya di kapal ada hal yang lebih istimewa lagi. Kurebahkan punggungku di atap kapal dan menatap langit : JUTAAN BINTANG tersebar disertai lembutnya awan langit (Nebula) yang sangat tinggi. Hari itu adalah malam yang sempurna untuk melihat bintang. Doya menunjukanku rasi bintang Salib Selatan yang berfungsi sebagai titik navigasi, karena garis vertikalnya jika ditarik ke laut akan  tepat mengarah ke selatan. Scorpio malam itu bertengger di puncak langit, dan aku dapat dengan mudah mengenali 3 bintang sejajar yang menjadi kepalanya lalu mengikuti lekuk ekornya yang indah. Scorpio adalah Rasi bintang yang paling mudah aku kenali sejak malam itu.

Twilight in Batugoyang
Pergilah ke Kepulauan Aru jika anda ingin melakukan make a wish upon the shooting star, karena malam itu bintang jatuh cukup banyak di langit. Aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri betapa seringnya kilatan cahaya tersebut meluncur menoreh langit. Hanya ada suara obrolan ringan kami bertiga saat itu (aku, Doya dan Angki), sesekali kami berteriak beradu cepat menunjuk arah dan siapa melihat bintang jatuh tersebut terlebih dahulu. Hening, gelap namun penuh kilauan baik diatas langitku maupun dibawah lautku. Kulalui malam itu dengan ribuan ucapan syukur, rasa kagum yang tak terhingga pada Tuhanku dan segaris rasa damai yang masih dapat kukenang sampai saat ini.



Pantai Timur Batugoyang,

Terapung dibuai ombak di kapal Selgwadan Manis //




Pantai Selatan Batugoyang

Related Articles :
A Journey Through Aru Islands
Salarem, Grand Canyon nya Maluku
Longgar dan Apara -2 Desa di tepian Indonesia-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...