Sabtu, 29 Oktober 2011

Longgar dan Apara -2 Desa di Tepian Indonesia-


Puskesmas Longgar-Apara, Kabupaten Kepulauan Aru
Aku menghabiskan 2 tahun pelayananku sebagai dokter di Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. 3/4 dari masa bakti tersebut kujalani di Puskesmas Longgar-Apara. Sebuah Puskesmas baru yang didirikan akibat pemekaran keecamatan pada tahun 2008. Desa Longgar menjadi ibukota Kecamatan baru Aru Tengah Selatan.

Puskesmas Longgar-Apara berstatus sebagai Puskesmat Rawat "Jalan" namun kenyataan nya kami juga merawat pasien dikarenakan jauhnya lokasi Rumah Sakit rujukan yang berada di kota Dobo. Untuk menuju Dobo diperlukan waktu 12-14 jam perjalanan laut menyusuri selat sempit, hutan bakau dan ombak yang menantang. Ya, memang letak Puskesmas kami cukup terpencil bahkan bisa dikatakan sebagai pagar negeri ini. 

Longgar dan Apara terletak di ujung selatan pulau Workai (biasa disebut Barakai oleh penduduk lokal). Di muka kampung kami terdapat Pulau Kultubai yang status nya adalah pulau terluar dari NKRI. Bukan hal aneh bahwa siaran ABC News Australia terdengar lebih jernih daripada suara RRI Tual. 

Potensi sumber daya alam kedua desa ini luar biasa. Laut di muka Longgar-Apara sangat landai, menjadikannya tempat hidup ideal bagi teripangkerang mutiara dan rumput laut yang menjadi sumber rupiah yang menopang perekonomian desa ini. abalone juga dapat ditemukan pada musim-musim tertentu dan menjadikan daerah ini sebenarnya cukup tinggi dalam standar penghasilan maupun perputaran uang. namun perputaran uang mereka sayangmya digunakan untuk membeli minuman keras. Pendidikan dianggap kurang perlu karena tidak diperlukan otak yang encer untuk mengais rejeki dari laut. 'Tak perlu sekolah tinggi untuk bameti (mencari hasil laut saat laut surut)".

Desa ini rawan terhadap kekeringan dimana pada musim kering yang panjang dapat mengakibatkan mata air-mata air yang ada mengering dan saat itulah insiden diare meningkat tajam. Puskesmas kami yang berstatus Rawat Jalan harus merawat pasien-pasien yang mengalami dehidrasi berat akibat diare. Tindakan Kaporisasi sumur dan Kesling telah diupayakan namun kejadian luar biasa tersebut kerap berulang mengingat rendahnya mutu sumber air yang ada saat kemarau panjang.

Hidup tanpa ada sinyal HP, menghabiskan malam ditemani lentera karena belum ada nya listrik dan keran air di Puskesmas yang hanya menjadi tempat jemur Lap karena tidak adanya PAM membuat semua nya sempurna hehehe. Proses detox selama 1,5 tahun berjalan sempurna. Lingkungan yang bebas polusi, makanan yang selalu fresh dari laut dan olahraga timba air setiap hari menjadikan saat-saat di Longgar-Apara menjadi "masa tersehatku" :D .

Next akan ku posting tentang aktivitas di Puskesmas dan jalan-jalan sedikit melalui foto untuk mengenal Longgar-Apara, 2 Desa di Tepian Indonesia. 

Dermaga Kayu di Apara, Tampak Pulau Terluar di Indonesia (Kultubai) di Seberang

Related Articles : 
Pangkur Sagu 

2 komentar:

  1. Trimakasih Pak Dokter, meskipun di tepian indonesia, Dokter selalu ada untuk negeriku tercinta longgar di masa-masa tugas.Gbu

    BalasHapus